Fakta di lapangan menunjukan bahwa cukup banyak orang yang berhasil mengangkat taraf hidupnya dengan modal ala kadarnya. Mereka bisa sukses tanpa modal finansial yang besar, tanpa koneksi, kolusi dan korupsi. Itu bukan karena mereka “berbeda” dari Anda, tapi karena mereka punya impian, dorongan, semangat, harapan akan hidup yang lebih baik yang terus-menerus mereka perjuangkan dan geluti dari hari ke hari, tanpa putus asa.
Dalam
konteks menuju Indonesia Baru yang lebih demokratis, kebutuhan terhadap
lahirnya generasi wirausahawan (masyarakat wirausaha) merupakan hal yang tidak
dapat ditawar. Sebab demokratisasi mensyaratkan adannya kemandirian banyak
pihak, sehingga mereka dapat menjalin hubungan interindependen yang
menghasilkan apa yang disebut sinergi. Kemandirian wirausahawan juga dapat
diharapkan untuk mengikis budaya KKN yang muncul akibat ketergantungan dan
monopoli usaha oleh segelintir orang yang dilindungi kelompok pengusaha
penguasa negara.
Harapan
untuk diterima di dunia kerja tentunnya tidak keliru, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding
linier dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah maupun pendidikan
tinggi. Oleh karena itu semua pihak harus terus berfikir dan mewujudkan karya
nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dengan lulusan
institusi pendidikan.
Kesnjangan
ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Solusinnya adalah
membangunkan dan mengembangkan ketrampilan wirausahawan dari tidur dengan
mewujudkan impian menjadi pengusaha yang mandiri. Selain menjadi solusi bagi
dirinnya juga mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagai
karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya.
Alasan-alasan
seseorang tertarik untuk berwirausaha adalah :
1.
Alasan keuangan, untuk
mencari nafkah, kaya, pendapatan tambahan;
2.
Alasan sosial, untuk
memperoleh gengsi/status untuk dapat dikenal, dihormati dan bertemu orang
banyak;
3.
Alasan pelayanan, memberi
pekerjaan kepada masyarakat;
4. Alasan
pemenuhan diri, untuk menjadi mandiri, lebih produktif dan untuk menggunakan
kemampuan pribadi.
Apa
yang dimaksud Kewirausahaan ?
Kewirausahaan
(Suryana: 2003) adalah kemampan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat
dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui
berfikir kreatif dan inovatif.
Di
negeri ini, usai masa gelap dari krisis multidimensi salah satunnya krisis
ekonomi dengan puluhan juta korban ekonomi (di sektor swasta maupun
pemerintah), kini memerlukan pula puluhan juta wirausahawan baru dan tentu Andalah salah satunnya.
Apakah
mungkin Saya bisa menjadi Bos, sedangkan saya bukan seorang yang kaya harta..!
Jawabannya
adalah harus. Dengan Anda menjadi seorang
wirausahawan.
Jika ada modal usaha yang
lebih penting dari uang, berapapun besarnnya, modal itu adalah ide-ide
cemerlang dan impian yang menggairahkan pemiliknnya.
Kebanyakan wirausaha
terkemuka memulai usahanya dengan modal seadannya.
Sebuah Cerita Nyata :
1.
Adalah seorang dara manis
bernama Lucy Gani Wijaya dari Yogyakarta mahasiswai Jurusan Sastra Inggris
Universitas Sanata Darma ini mampu menciptakan produk-produk yang laku dijual
dengan memanfaatkan limbah kertas koran yang diubah menjadi tas, vas bunga,
tatakan gelas, dan lainnya.
Kreatifitas
Lucy tak berhenti sampai disitu. Untuk memproduksi kreasinnya itu, disamping
mempekerjakan 300 tenaga kerja, juga melibatkan sebuah pondok pesantren di Wates dan sebuah
panti tunanetra di Yogyakarta. Orang-orang ini dilatih untuk memilin kertas
sebelum dianyam oleh pekerja lainnya. Dengan cara semacam itu, setiap bulan
Lucy bisa memproduksi 8.000 – 10.000 tas, vas bunga, tatakan gelas, dan
lainnya. Semua dijual dengan harga mulai Rp 5.000 sampai Rp 100.000. Omsetnya
diduga mencapai ratusan juta rupiah per bulan, apalagi mengingat Lucy juga
memasarkan semua produknya itu lewat cara pemasaran inovatif melalui internet.
Ia wirausahawan muda di Indonesia yang mempelopori bisnis melalui internet.
Lewat strategi pemasaran langsung melalui media elektronik itu, Lucy sudah
berhasil mengekspor produk-produk kreatifnnya ke Denmark, Jerman, Kanada,
Singapura dan Australia. Semuannya dipasarkan lewat internet.
Jelas
bahwa Lucy memulai usahannya lebih mengandalkan kreatifitasnnya ketimbang modal
uang, dan di Kota Gudeg itu manusia kreatif bukan hanya Lucy seorang.
2.
Sekelompok anak muda lainnya
yang karya-karyannya hampir selalu dihubungkan dengan kreatifitas tergabung
dalam bendera usaha PT. Aseli Dagadu Djokdja, pemilik merek Dagadu.
Bila
Anda melihat kaos oblong dengan coretan kata-kata seperti “mburiku wedhus”, atau “malu membeli sesal di jalan, beli yang
palsu memalukan”, itulah sebagian dari produk Dagadu. Dagadu, yang punya bedera
resmi mulai 9 Januari 1994, sudah menjadi juragan. Kaos produksi mereka dijual dengan
harga sekitar Rp 20.000 – Rp 30.000
per potong. Dan sejak tahun 1997 omzet usahannya telah melewati angka Rp 300
juta per bulan atau Rp 3,6 milyar per tahunnya.
Padahal
modal awal mereka adalah hasil patunggan 24 mahasiswa UGM angkatan 1985-1989,
22 diantaranya dari Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur, sebesar Rp 100 – 500
ribu, dan patungan itu hanya berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 4 juta. Pada
tahun pertama pendiriannya (1994) Dagadu hanya beromzet Rp 30-an juta, tapi
pada tahun 1995 omzetnya naik menjadi Rp 300 juta, dan pada tahun 1996 melonjak
menjadi 600 juta. Penjualan kaosnya bisa
mencapai 1.000 potong per hari, dengan margin keuntungan bersih rata-rata 10%
dari nilai omzet.
Pada
tahun 1998 karyawannya lebih dari 50 orang, yang sebagian besar masih berstatus
mahasiswa dan sebagian besar “investor”-nya telah lulus jadi tukang insinyur,
dan bekerja di kota-kota lain.
Dagadu
memang contoh usaha kecil yang mulai membesar dengan mengandalkan modal
kreatifitas mahasiswa ketimbang uang. Begitu kreatifnya mereka, sehingga Seksi
Ekonomi PWI Yogya, menobatkan menjadi Produk Inovatif 1998 dan mereka menerima
penghargaan tersebut Maret 1999 di Hotel Garuda , Jalan Malioboro Yogya.
Kreatifitas
adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam
pemecahan masalah dan menemukan peluang.
Inovasi
adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah
dan menemukan peluang.
Wirausaha
adalah orang yang senang berpetualang untuk mendapatkan pengalaman baru. Mereka
selalu ingin bebas dan menikmati tantangan-tantangan baru, meski berada
dikoridor bidang yang disenanginya. Impian merka selalu berkembang mengikuti
perkembangan jaman.
Jiwa
dan sikap yang harus dimiliki seorang wirausahawan :
a. Percaya
diri (yakin, optimis dan penuh komitmen)
b. Berinisiatif
(energik dan penuh ide)
c. Memiliki
motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan kedepan)
d. Memiliki
jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil resiko dengan
penuh perhitungan)
e. Suka
tantangan (berani dan tidak mudah puas)
Mungkin
kita pernah mendengar bahwa keluarga yang kaya akan memunculkan anak-anak yang
kaya, karena mereka terbiasa kaya raya. Begitu pula ada yang menganggap bahwa
seseorang menjadi pengusaha karena memang bapak-ibunya, kakek-neneknya, dan
sebagian besar keluargannya adalah keturunan pengusaha.
Anggapan
seperti itu merupakan pemikiran yang keliru. Tidak bisa dipungkiri memang, ada
banyak pengusaha yang lahir dari keluarga atau keturunan pengusaha. Tetapi
bukan berarti diturunkan secara genetis. Mungkin hal ini terjadi karena aspek
lingkungan pengusaha yang cukup kuat mempengaruhi jiwa orang tersebut untuk
menjadi pengusaha. Menjadi wirausaha (entrepreneur) tentu saja merupakan hak
azasi semua manusia. Jangan karena mentang-mentang kita tidak punya turunan
pengusaha sehingga menutup peluang untuk menjadi wirausaha. Yakinkan diri Anda
bahwa saat ini juga Anda adalah calon pengusaha atau pengusaha yang sukses.
0 comments:
Posting Komentar