Setelah seorang wirausaha dapat memenuhi kebutuhan
sumber daya usahanya, maka selanjutnya adalah merencanakan produksi atas produk
usaha yang dimilikinya. Tahap awal dalam pelaksanaan proses produksi adalah
merencanakan produk yang akan diproduksi.
Perencanaan produksi sangat penting untuk memberikan
kemudahan dalam menyusun kebutuhan bahan, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi
produksi dan biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selain itu juga akan
memudahkan dalam menetapkan system produksi yang akan diterapkan dalam
menghasilkan produk yang dimaksud. Melalui system produksi yang baik, maka
wirausaha tersebut mampu menghasilkan produk seperti yang diharapkan.
A. Pengertian Produksi dan Sistem Produksi
1. Pengertian Produksi
Produksi
merupakan kegiatan menciptakan atau menambah manfaat suatu barang dan jasa yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Manfaat (utility) yang diciptakan
terdiri dari manfaat bentuk, manfaat tempat, dan manfaat waktu.
a. Manfaat Bentuk
Seorang wirausaha
membuka usaha pengolahan limbah plastik menjadi berbagai kerajinan tangan yang
cantik, mengolah sampah rumah tangga menjadi makanan ternak, mengolah singkong
menjadi kripik, dan sebagainya.
b. Manfaat Tempat
Seorang wirausaha
membuka usaha penjualan batu-batu sungai di daerah perkotaan, yang diambil dari
sungai di desa, atau seorang petani membawa kelapa hasil kebun untuk dijual ke
pasar di kota dan lain-lain.
c. Manfaat Waktu
Seorang Wirausaha
melakukan kegiatan penyimpanan sebagian padi hasil panennya untuk dijual atau
dimanfaatkan pada musim paceklik. Seseorang yang membuka usaha pembuatan jas
hujan untuk dijual menjelang atau pada saat musim hujan.
2. Pengertian Sistem Produksi
Sistem produksi
adalah satu rangkaian operasi yang mengolah atau memproses input berupa bahan
mentah, bahan setengah jadi, part, komponen dan/atau rakitan untuk menghasilkan
output bernilai tambah atau produk akhir dengan menggunakan sumber daya dari
elemen teknologi (mesin, peralatan, fasilitas produksi dan energy) dan elemen
organisasi (tenaga kerja, manajemen, informasi dan modal). Sistem produksi
dikenal adanya 3 (tiga) komponen, yaitu masukan (input), proses dan keluaran
(output).
Sistem produksi
memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :
a. Mempunyai komponen atau elemen yang saling berkaitan
satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan
komponen struktural yang membangun system produksi.
b. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu
menghasilkan produk berkualitas dan dapat dijual dengan harga kompetitif di
pasar.
c. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai
tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.
d. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoprasiannya
berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
B. Kebutuhan Proses Produksi
Sebelum
melaksanakan proses produksi, terlebih dahulu wirausaha perlu merancang
kebutuhan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam menghasilkan produk.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses produksi disebut sebagai
input produksi yang meliputi bahan baku, tenaga kerja, mesin/peralatan, lokasi,
dan biaya (uang).
1. Bahan Baku
Bahan baku adalah
bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana bahan tersebut secara
menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar dari
bentuk barang). Dalam menyusun kebutuhan bahan baku untuk digunakan dalam
proses produksi harus mengacu pada karakteristik produk yang akan dihasilkan.
Misalnya, setelah melakukan analisis yang telah dilakukan terhadap pasar produk
yang akan dihasilkan, konsumen menginginkan produk yang memiliki rasa manis dan
beraroma coklat. Maka bahan yang dibutuhkan dalam proses produksi adalah gula
dan perasa coklat.
Bahan baku
terdiri atas dua jenis yaitu bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung.
Bahan baku langsung (direct material) adalah bahan yang digunakan dalam proses
produksi dan terkait atau menjadi bagian dalam produk. Bahan baku tidak
langsung (indiect material) adalah bahan baku yang ikut berperan dalam proses
produksi tetapi tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang dihasilkan.
Misalnya
memproduksi meja dan kursi, maka yang merupakan bahan baku langsung dari
pembuatan meja dan kursi tersebut adalah kayu, sedangkan yang termasuk ke dalam
bahan baku tidak langsung adalah paku dan plamir yang berfungsi sebagai perekat
kayu dan dasar cat untuk kursi yang dihasilkan.
Syarat-syarat
pemilihan bahan baku agar produksi dapat berjalan dengan lancer yaitu sebagai
berikut :
a. Memiliki kualitas yang baik
b. Mudah diperoleh
c. Mudah diolah
d. Harga yang relative murah
2. Tenaga Kerja
Dalam proses
produksi, tenaga kerja merupakan penggerak jalannya proses produksi. Wirausaha
perlu melakukan perencanaan tenaga kerja yang ada. Jika tenaga kerja yang ada
melebihi beban kerja yang ada, maka akan berakibat banyak tenaga kerja yang
menganggur atau tidak bekerja secara optimal. Sebaliknya jika jumlah tenaga
kerja lebih sedikit dibandingkan dengan beban kerja yang ada, akan berakibat
pada adanya pekerjaan yang tidak terselesaikan secara optimal dan tentunya
tenaga kerja akan bekerja melebihi kemampuannya.
Jenis tenaga
kerja yang digunakan pada perusahaan pada dasarnya terdiri dari tenaga kerja
upahan dan tenaga kerja keluarga.
a. Tenaga kerja upahan, yaitu tenaga kerja yang terkait
hubungan kerja dengan perusahaan, dimana masing-masing pihak memiliki hak dan
kewajiban. Tenaga kerja upahan terdiri dari tenaga kerja tetap, tenaga kerja
tidak tetap, dan tenaga kerja borongan.
b. Tenaga kerja keluarga, tenaga kerja yang berasal dari
lingkungan keluarga yang umumnya dalam melaksanakan pekerjaanya tidak diupah.
Tenaga kerja jenis ini banyak digunakan pada perusahaan-perusahaan kecil atau
perusahaan yang masih bersekala rumah tangga. Umumnya tenaga kerja keluarga
bekerja sebatas tanggungjawab dalam membantu keluarga. Namun banyak juga
dijumpai anggota keluarga yang bekerja di perusahaan mendapat upah, meskipun
upah yang diberikan tidak sama dengan tenaga kerja yang bukan anggota keluarga.
3. Mesin atau Peralatan
Mesin dan
peralatan yang digunakan dalam suatu proses produksi memiliki peran yang cukup
besar di dalam keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produksi, baik dalam
hal kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Setelah wirausaha telah
menentapkan produk yang akan diproduksi baik jumlah, jenis, kapasitas, dan
spesifikasi lainnya.
Setelah dilakukan
pengadaan mesin atau peralatan produksi, maka selanjutnya yang perlu
diperhatikan adalah penempatan atau tata letaknya yang pada ruang produksi. Mesin
atau peralatan produksi yang digunakan perlu senantiasa dilakukan perawatan
agar proses produksi dapat berjalan lancer sesuai dengan yang diharapkan.
Selain
perencanaan dalam kebutuhan, penyusunan tata letak dan pemeliharaan mesin atau
peralatan produksi, perusahaan juga harus senantiasa memperhatikan dan
mengikuti perkembangan teknologi terkait dengan penggunaan mesin atau peralatan
produksi. Perkembangan teknologi saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap system produksi untuk menghasilkan suatu produk. Penggunaan mesin atau
peralatan produksi dengan teknologi terkini akan menghasilkan kualitas produk
yang lebih baik dan proses produksi lebih cepat dengan kapasitas yang lebih
besar, jika dibanding dengan menggunakan mesin dan peralatan yang telah
ketinggalan jaman. Perusahaan yang tidak mengikuti perkembangan teknologi akan
cenderung mengalami kesulitan dalam bersaing dengan perusahaan pesaingnya yang
telah menggunakan teknologi terkini.
4. Lokasi Usaha
Lokasi untuk
usaha memerlukan tempat yang strategis, efisien, dan menarik baik bagi
wirausaha maupun bagi konsumen, sehingga konsumen tetap loyal. Contoh, dekat ke
pemasok, konsumen, transpotasi, atau alat. Lokasi usaha yang baik dengan
sendirinya akan menyumbang banyak dalam usaha-usaha meminimumkan biaya. Lokasi
yang baik akan menghasilkan biaya transport, biaya produksi, dan biaya
distribusi barang jadi yang relative kecil.
Faktor-faktor
utama dalam memilih lokasi uasaha yaitu sebagai berikut :
a. Kedekatan dengan lokasi sumber bahan baku.
b. Kedekatan dengan lokasi pasar produk perusahaan.
c. Ketersediaan fasilitas transpotasi.
d. Ketersediaan tenaga kerja.
e. Ketersediaan pembangkit tenaga.
5. Biaya Produksi
Biaya produksi
adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
factor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksi perusahaan tersebut.
Biaya produksi
digolongkan menjadi dua yaitu menurut perilaku dan menurut jenisnya.
a. Biaya produksi menurut perilaku terdiri atas :
1) Biaya tetap, yaitu biaya yang besarnya tetap,
berapapun jumlah produksinya bahkan saat perusahaan tidak berproduksi. Misalnya
biaya untuk gaji tenaga kerja tetap, penyusutan alat, pajak lahan, biaya
asuransi, sewa tempat usaha, dan sebagainya.
2) Biaya tidak tetap, yaitu biaya yang besar kecilnya
berhubungan langsung dengan besarnya produksi atau dengan kata lain biaya yang
dalam periode tertentu jumlahnya dapat berubah tergantung pada tingkat produksi
yang dihasilkan. Misalnya biaya untuk pembelian bahan baku, biaya upah tenaga
kerja borongan, dan sebagainya.
b. Biaya produksi menurut jenis yaitu terdiri atas :
1) Biaya langsung (pokok), merupakan biaya yang langsung
terkait atau menjadi bagian pokok dari produk yang dihasilkan. Biaya yang
digolongkan dalam jenis ini adalah biaya bahan langsung dan tenaga kerja langsung.
2) Biaya tidak langsung, merupakan biaya yang secara
langsung tidak digunakan untuk menghasilkan produk atau biaya yang terkait
bukan pada bagian pokok dari produk yang dihasilkan. Biaya yang digolongkan
dalam jenis ini adalah biaya bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak
langsung.
3) Biaya administrasi atau umum, merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan administrasi kantor perusahaan dan umum. Misalnya
biaya untuk menggaji pimpinan dan pegawai, sewa kantor, perlengakapan kantor,
dan sebagainya.
C. Proses Produksi
Proses produksi
adalah suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan, dan peralatan
untuk menghasilkan produk yang berguna atau bernilai lebih. Proses produksi
melalui beberapa tahapan yang merupakan aktivitas menyeluruh yang dilakukan oleh
tenaga kerja produksi yang membuat produk, tahapan-tahapan ini disebut tahapan
produksi.
Proses produksi
terdiri dari atas dua jenis yaitu proses produksi terus-menerus dan proses
produksi terputus-putus.
1. Proses Produksi Terus-Menerus (Continuous)
Proses produksi
terus-menerus adalah proses produksi yang berlangsung secara terus-menerus
tanpa berhenti. Sejak dimulainya kegiatan usaha slalu mengerjakan produk yang
sama, sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang lain.
Biasanya urutan proses produksi yang lain disesuaikan dengan urutan proses
produksinya agar berjalan lancer dan efisien.
Proses produksi
terus-menerus mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut.
a. Produk yang dihasilkan pada umumnya dalam jumlah besar
dengan variasi yang sangat kecil dan sudah standarisasikan.
b. Sistem atau cara penyusunan peralatannya berdasarkan
urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan, yang bisa disebut product layout/departementation by product.
c. Mesin-mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk
bersifat khusus.
d. Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan
sangat kecil karena mesin biasanya bekerja secara otomatis, sehingga seorang
operator tidak perlu memiliki keahlian tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
e. Apabila salah satu mesin/peralatan terhenti atau
rusak, maka seluruh proses akan terhenti.
f. Job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya
tidak perlu banyak.
g. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses lebih
rendah daripada persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses pada proses
produksi yang terputus-putus.
h. Diperlukan perawatan khusus terhadap mesin-mesin yang
digunakan.
i. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan yang
tetap (fixed pathequipment) yang
menggunakan tenaga mesin, seperti konveyor.
2. Proses Produksi Terputus-Putus (Intermittent)
Proses produksi
terputus-putus adalah kegiatan produksi yang tidak memiliki standar, tetapi
didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang
digunakan disusun dan diatur secara fleksibel untuk dapat dipergunakan dalam
menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran. Proses produksi ini digunakan
untuk pabrik yang mengerjakan bermacam-macam barang, dengan jumlah setiap macam
hanya sedikit.
Ciri-ciri proses
produksi terputus-putus adalah sebagai brikut.
a. Produk yang dihasilkan biasanya dalam jumlah kecil
dengan variasi sangat besar dan didasarkan pada pesanan.
b. Sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan atas
fungsi dalam proses produksi atau
peralatan yang sama dikelompokan pada tempat yang sama, yang disebut dengan proses layout/departemantation by equipment.
c. Mesin-mesin yang digunakan bersifat umum dan dapat
digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir
sama.
d. Pengaruh operator terhadap produk yang dihasilkan
cukup besar, sehingga operator memerlukan keahlian yang tinggi dalam pengerjaan
produk serta terhadap pekerjaan yang bermacam-macam yang menimbulkan pengawasan
pengawasan yang lebih sulit.
e. Proses produksi tidak akan berhenti walaupun terjadi
kerusakan atau terhentinya salah satu mesin.
f. Persediaan bahan-bahan mentah pada umumnya tinggi
karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang harus dipesan oleh pembeli, dan
persediaan bahan dalam proses lebih tinggi dari proses produksi yang
terus-menerus karena prosesnya putus-putus.
g. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handing
yang dapat berpindah secara bebas yang menggunakan tenaga manusia, seperti
kereta dorong atau forklift.
h. Pemindahan bahan sering dilakukan bolak-balik sehingga
perlu adanya perlu adanya ruang gerak yang besar dan ruang tempat bahan-bahan
dalam proses yang besar.
D. Pengendalian Produksi
Pengendalian
produksi merupakan serangkaian prosedur yang bertujuan untuk mengkoordinasi
semua elemen proses produksi (pekerja, mesin, peraalatan, dan material) ke
dalam satu aliran. Pengendalian produksi
yang dilaksanakan pada perusahaan satu dengan perusahaan lain akan
berbeda-beda tergantung pada sistem kebijakan perusahaan yang digunakan.
1. Jenis-Jenis Pengendalian Produksi
Pengendalian
produksi terdiri atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut.
a. Pengendalian pembelian, agar pembelian yang dilakukan
oleh perusahaan terkait dengan proses produksi lebih efisien (hemat biaya).
Dalam pengendalian pemblian ini melibatkan beberapa faktor yang saling terkait,
yaitu kuantitas, kualitas, harga, waktu, dan pelayanan.
b. Pengendalian persedian, agar biaya yang dikeluarkan
untuk penyimpanan dapat dikendalikan.
c. Pengendalian produksi, agar proses produksi dapat
berjalan lancar, tepat waktu dan menghasilkan produk dalam kuantitas dan
kualitas yang sesuai dengan yang direncanakan.
d. Pengendalian kuawlitas, yang dilakukan pada setiap
tahapan proses yang bertujuan untuk mencegah adanya penyimpangan terhadap
standar kualitas produk yang telah ditetapkan (quality control).
2. Tahap-Tahap Pengendalian Produksi
Pengendalian produksi meliputi
beberapa tahap, yaitu sebgai berikut.
a. Routing
Routing adalah
usaha untuk menetapkan dan menentukan urut-urutan proses produksi, dari bahan
mentah sampai menjadi barang akhir, termasuk di dalamnya mempersiapkan
alat-alat yang akan digunakan.
b. Scheduling
Scheduling adalah
usaha untuk menentukan jadwal kegiatan proses produksi yang disiergikan sebagai
suatu kesatuan. Dari scheduling akan
diketahui penggunaan waktu setiap pemprosesan produksi.
c. Dispatching
Dispatching
adalah proses pemberian perintah untuk melaksanakan operasi proses produksi
yang sudah direncanakan dalam routing
dan scheduling.
Pada proses
produksi terus-menerus, routing
ditetapkan terlebih dahulu, kemudian scheduling
dan dispacthing. Sedangkan pada proses produksi
terputus-putus, scheduling ditetapkan
terlebih dahulu, kemudian routing dan
dispatching.
d. Follow Up
Follow up adalah usaha
untuk menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi penundaan dan mendorong
terkoordinasinya seluruh perencanaan produksi.